Halaman

Drs H Anwar Adnan Saleh Gubernur Sulawesi Barat



Drs H Anwar Adnan Saleh



Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) ini berobsesi mengembangkan kakao menjadi komoditas unggulan yang mendunia dari Sulbar. Obsesi itu didorong tekadnya untuk menyejahterakan rakyat Sulbar sekaligus menjadikan Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar kedua di dunia menggeser Ghana.

Sebagai provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia, Sulbar memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari produksi kakao nasional. Gubernur Anwar Adnan Saleh menargetkan pada tahun 2010 Sulbar mampu menghasilkan 400 ribu ton kakao per tahunnya. Saat ini masih rata-rata 110-115 ribu ton per tahun.

Sebelum menjabat Gubernur, Anwar Adnan Saleh seorang politisi (Partai Golkar), ia pernah menjabat anggota DPR/MPR pada periode 1999-2004 dari daerah pemilihan Sulawesi Tenggara, duduk di Komisi IV yang membidangi transportasi.

Tokoh yang berperan dalam proses berdirinya Provinsi Sulbar, itu terpilih menjadi Gubernur Sulbar berpasangan dengan Muhammad Amri Sanusi (Wakil Gubernur Terpilih) dalam Pilkada 28 Agustus 2006. Mereka dilantik pada 14 Desember 2006.

Dia menggantikan Syamsul M. Rivai (Penjabat Gubernur 21 Oktober 2005 14 Desember 2006). Sebelum Rivai, jabatan Gubernur Sulbar dipercayakan kepada Oentarto Sindung Mawardi (Penjabat Gubernur 16 Oktober 2004 21 Oktober 2005). Oentarto sebelumnya menjabat Dirjen Otda Depdagri.

Sulawesi Barat dibentuk pada 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No 26 Tahun 2004, merupakan provinsi pengembangan dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi seluas 16.796,19 km2 dan berenduduk 938.254 jiwa, ini beribukota di Mamuju. Penduduknya terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). Agama Islam (83,1%), Kristen (14,36%), Hindu (1,88%), Buddha (0,04%), Lain-lain (0,62%).

Bahasa sehari-hari, selain Bahasa Indonesia, juga bahasa Mandar, bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Makassar.

Sulawesi Barat dikenal sebagai lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa, dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara, dan minyak bumi.

Provinsi ini terdiri dari lima kabupaten, yakni: Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, dan Kabupaten Polewali Mandar; serta satu kota yakni: Kota Mamuju. ►ti/tsl

***

Obsesi yang digadang-gadang mantan Anggota Komisi IV DPR dan tokoh pembentukan provinsi Sulbar ini tentu bukan isapan jempol belaka. Keinginan untuk mengembangkan komoditas kakao didasarkan atas beberapa alasan. Pertama karena Sulbar menjadi daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia. Faktor kedua, karena 60 persen penduduk Sulbar hampir menggantungkan hidupnya dari budidaya kakao.

"Sederhana saja, kalau kakao berhasil kita kembangkan maka akan mempercepat proses pengentasan kemiskinan di Sulbar," ucap Anwar Adnan Saleh. Pria kelahiran Polman (Polewali Mandar), 20 Agustus 1948 ini.

Dia menambahkan bahwa saat ini petani kakao di Sulbar telah memiliki rata-rata 1-2 Ha lahan yang menjadi hak milik sendiri. Namun, ada satu persoalan yang mendera petani kakao karena umumnya tanah mereka tidak bersertifikat sehingga tidak bisa diagunkan di bank untuk kepentingan permodalan. "Sistem yang dikembangkan di perbankan kita kan berdasarkan model jaminan, bukan melihat pada prospek" kritik Anwar.

Kondisi ini yang mendorong Sang Gubernur memberikan kemudahan bagi rakyatnya yang notabene hidupnya bertumpu kepada penghasilan kakao untuk mendapatkan sertifikat dengan program prona.

Tak hanya dari sisi permodalan, pengembangan industri kakao juga didukung dengan pengembangan tekonologi baru. "Jika sebelumnya petani kakao hanya mendapatkan 0,6 ton per Ha, maka dengan teknologi baru dan bibit baru berupa sistem sambung samping hanya dalam 1 tahun 4 bulan bisa panen relatif cepat dan hasil panennya bisa meningkat 3-4 kali lipat dengan mutu yang lebih baik. Sulbar memiliki 156.898 Ha dengan produksi 90.436 ton per tahun. Produksi kakao secara nasional saat ini mencapai 600.000 ton atau setara US$ 700 juta.

Penghasil Terbesar

Meski Sulbar memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari produksi kakao nasional dan merupakan provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia tetapi belumlah mampu mengentaskan kemiskinan di seluruh kabupaten di provinsi ke 33 Republik Indonesia ini. Berbagai kendala, seperti minimnya infrastruktur atau aksesibilitas dan teknologi serta rendahnya produktivitas tanaman mengakibatkan potensi ini belum memberikan nilai ekonomi secara signifikan (baca: "Kendala Kami Ada di Infrastruktur").

Selain kualitasnya rendah, jelas Anwar Adnan Saleh, permainan tengkulak pun menyebabkan kerugian cukup besar di tingkat petani. Misalnya harga kakao ditingkat petani dibeli dengan harga Rp 4.500 per kg, sementara harga di pedagang besar di Makassar bisa memperoleh Rp 15.000 per kg, bahkan bisa lebih tinggi lagi di Malaysia. Jika dihitung secara cermat setiap tahun petani kakao Sulbar kehilangan pendapatan sebesar Rp 500 milliar akibat harga kakao ditingkat petani sangat rendah tersebut. Hal yang sangat ironis meski permintaan kakao dunia terus saja meningkat.



Tak bermaksud untuk muluk-muluk, Gubernur Anwar Adnan Saleh menargetkan pada tahun 2010 Sulbar mampu menghasilkan 400 ribu ton kakao per tahunnya. "Untuk saat ini rata-rata baru 110-115 ribu ton per tahun," jelasnya. Komitmen dan keseriusannya kepada potensi kakao dalam memperkuat ekonomi dan kesejahteraan rakyat Sulbar dia tunjukkan dengan memunculkan program "Gerakan Pembaruan Kakao" (cokelat) dengan melibatkan tim-tim ahli dari Universitas Hasanudin Makassar, IPB Bogor dan ITB Bandung untuk membantu menerapkan konsep-konsep yang tepat terhadap pengembangan kakao. "Saya juga telah meminta kepada pemerintah pusat dan kebetulan sudah mendapat persetujuan untuk memindahkan Balai Penelitian Kakao yang saat ini ada di Jember untuk dipindahkan ke Sulbar. Untuk mendukung program itu, saya sudah siapkan lahan 15 Ha dan anggaran dari APBD untuk melengkapi fasilitasnya," jelas Anwar Adnan Saleh yang juga Ketua DPD Partai Golkar Sulbar.

Mengangkat Perekonomian

Gubernur Anwar meyakini jika dikembangkan dengan baik, maka budidaya kakao akan mengangkat perekonomian masyarakat Sulbar. Apa sebabnya, karena kakao telah menjadi komoditas yang mendunia. "Indonesia sendiri menempati nomor tiga di dunia dalam produksi kakao. Nah, jika kita optimalkan adalah sebuah keniscayaan kalau 3-4 tahun kedepan, Indonesia dapat menggeser Ghana di peringkat kedua negara penghasil kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading,"tegas alumni IIP Jakarta.

Saat ini, pasar kakao yang notabene menjadi bahan baku cokelat telah mengglobal di seluruh Eropa, AS dan China. Salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia karena kakao tidak bisa tumbuh di Eropa ataupun China. "Ini peluang besar bagi Indonesia dan juga Sulbar. Permintaan demikian besar sementara negara penghasil kakao sangat terbatas, nah mengapa kondisi ini tidak bisa kita manfaatkan dengan baik?"

Saat ini, Gubernur Anwar secara aktif telah membangun jaringan pemasaran dengan mengirimkan ahli-ahlinya ke Korea Selatan. Buah yang bisa dipetik, saat ini sudah ada investor dari Korea yang berinvestasi dengan mendirikan pabrik di Mamuju. Tak hanya itu, Anwar juga mengaku telah mengirimkan beberapa profesor ahli kakao yang dimilikinya untuk berbicara dan mempromosikan kakao yang dimiliki oleh Sulbar dalam sebuah pameran dagang di Perancis. Ia berharap, promosi itu akan menarik minat bagi investor asing untuk terlibat dalam budidaya komoditi ini.


Lemahnya pemasaran produk kakao Indonesia diakui secara jujur oleh mantan Ketua Kadin Indonesia jaman Aburizal Bakrie ini. "Saat ini, Malaysia bisa mengekspor 270 ribu ton padahal mereka tidak memiliki kebun kakao. Mereka beli itu dari Indonesia, diolah di Malaysia kemudian mereka ekspor," tuturnya. Ia mengakui jika pasar terbesar kakao Sulbar memang Malaysia. Namun selama ini, petani kakao belum bisa mendapatkan manfaat optimal karena rantai perdagangan harus melalui tengkulak sehingga harga yang diterima petani kakao akan rendah.

"Saya sudah bertemu dengan teman-teman pengusaha dari Malaysia. Mereka bilang kalau pelabuhan Sulbar telah diperpanjang maka mereka akan langsung beli kakao ke kita dengan harga yang lebih kompetitif sehingga lebih menguntungkan petani kita," ungkapnya (Sofyan, Suara Karya, Sabtu, 24 Nopember 2007) ►ti

Nama :Drs H Anwar Adnan Saleh
Lahir :Polman (Polewali Mandar), 20 Agustus 1948
Agama :Islam
Jabatan:Gubernur Sulawesi Barat

Karir:
- Anggota Komisi IV DPR
- Gubernur Sulawesi Barat
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)