Halaman

Nila Djuwita Moeloek Guru Besar dan Aktivis Kesehatan



Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Moeloek, SpM yang akrab dipanggil Nila, ini seorang guru besar (pakar) dan aktivis kesehatan. Guru Besar dan Ketua Medical Research Unit Fakultas Kedokteran UI, ini tidak jadi menjabat Menteri Kesehatan RI periode 2009-2014 menggantikan Siti Fadilah Supari. Dokter Spesialis Mata ini seorang pemimpin yang aktif (aktifis) di berbagai organisasi.


Tidak ada penjelasan resmi dari Presiden SBY dan Wapres Boediono, mengapa Nila tidak jadi diangkat menjadi Menteri Kesehatan. Namun, teka-teki dibalik kegagalan Nila itu sedikit terkuak dari ucapan Nila sendiri. "Dalam pemeriksaan kesehatan dikatakan saya kurang tahan stres," ujar Nila saat ditemui di Gedung Dharmawanita Persatuan Pusat di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (22/10/2009).

Sebelumnya, Nila sudah mengikuti uji kelayakan calon menteri di Puri Cikeas, kemudian mengikuti tes kesehatan dan kejiwaan di RSPAD Gatot Subroto.



Jiwa Besar

Nila menunjukkan jiwa besar setelah tidak jadi diangkat menjabat Menkes. Kebesaran jiwa ini tercermin dari jawabannya atas pertanyaan wartawan di Gedung Dharmawanita Persatuan Pusat di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (22/10/2009).

Waktu pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu, Ibu ada di mana?
Saya di rumah bersama bapak, di dalam kamar. Kan sudah malam, masak saya kelayapan. Karena telepon terus berdering maka tidak saya jawab. Begitu pula dengan pesan singkat yang masuk. Saya capek, lalu saya tidur.

Kabarnya ibu menangis?
Ah enggak lah, saya cuma kaget saja.

Bagaimana perasaan ibu setelah tidak terpilih menjadi menteri?
Saya justru lega. Mungkin ini yang terbaik.

Leganya kenapa?
Kerjaan yang berat. Anda juga tahu. Kalau pekerjaan berat risiko juga besar. Sekarang tidak ada lagi risiko.

Apa hikmah dari peristiwa ini?
Saya kan saya tidak meminta jabatan, tidak pernah kirim CV, atau mendekati Pak SBY. Jadi saya tidak ada apa-apa, kecuali saya berambisi, mungkin saya agak kecewa. Saya punya pengabdian yang sangat banyak. Setelah tidak terpilih saya juga masih punya pengabdian.4)


Aktivis Kesehatan
Selain menjabat Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan, dokter spesialis tumor mata yang cantik, ramah, energik dan cerdas, ini juga aktif sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), anggota Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami), anggota International Society Orbital Disorder, Oculoplastic and Lacrimal Surgery, Ketua BPK PP Perdami dan Ketua/Anggota Seminat Tumor Mata-Plastik Rekonstruksi Perdami.

Nila Djuwita Moeloek, dokter ahli bedah mata asal Sumatra Selatan berdarah Minang itu mengikuti jejak suaminya di kursi Menteri Kesehatan. Suaminya Prof Dr dr H Farid Anfasa Moeloek, Sp.OG, adalah mantan Menteri Kesehatan Kabinet Pembangunan VII (Presiden Soeharto) dan Kabinet Reformasi Pembangunan (Presiden BJ Habibie).

Pegawai Negeri Sipil pemilik NIP 194904111976032001, itu tidak menyangka akan dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Dia mengungkapkan, menerima telpon dari Cikeas sekitar pukul 22.00 Minggu 18 Oktober 2009. "Saya juga tidak mengerti kenapa saya yang dipanggil," kata Nila, wanita cantik itu kepada pers usai fit and proper test (wawancara) yang dilakukan Presiden SBY dan Wapres terpilih Boediono di Puri Cikeas, Bogor, Senin, 19 Oktober 2009.

Pemilik gelar Doktor (S-3) dalam Ilmu Kedokteran dari Universitas Indonesia dengan nilai cumlaude, itu mengaku, Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres terpilih Boediono mengajaknya bicara soal program PBB, yaitu Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDG's), yang ditargetkan harus tercapai pada tahun 2015.

Tidak ada pembicaraan secara spesifik. Secara umum mereka membicarakan target pencapaian MDG's. ”Tentu termasuk peningkatan angka kesehatan dan pengurangan angka kematian ibu dan anak," ungkap Guru Besar Tetap Ilmu Mata FKUI ini dalam konferensi pers usai fit and proper test. Dijelaskan, program MDG's juga meliputi pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan universal, kesetaraan gender, pemberantasan HIV/AIDS, keseimbangan lingkungan, dan kerjasama global.1)

Namun kemudian, seusai menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Gatot Subroto, Senin (19/10), ahli bedah mata ini menegaskan siap mengemban tugas sebagai Menkes. "Iya, siap saja, kalau tes kesehatan ini lulus dijalani. Kalau gak mampu, ya, mundur saja," kata dokter spesialis mata lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), itu sembari memperlihatkan bukti bahwa ia telah menjalani pemeriksaan.

Perihal program yang diprioritaskannya dalam Kabinet Indonesia Bersatu periode 2009-2014, akan memfokuskan pada pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) di Indonesia. Di mana salah satu di antaranya adalah penurunan angka kematian ibu dan anak. Hal itu ditegaskannya sesuai inti pembicaraan dengan Presiden SBY tentang keadaan kesehatan di Indonesia. ”Jelas, kalau diberikan amanah ini, saya akan menjalankan sebaik mungkin," kata Nila menjawab pertanyaan pers.



Nila Djuwita yang menjabat Ketua Medical Research Unit FKUI sejak 2007, itu telah menjadi motor penelitian-penelitian di Fakultas Kedokteran UI. Dia dinilai turut berperan untuk peningkatan peringkat UI menjadi posisi 201. Pada tahun 2009, Universitas Indonesia berada di peringkat 201 Times Higher Education – QS World University Ranking atau terbaik di Indonesia. Peringkat UI naik tajam dari posisi 287 pada tahun 2008.

"Beliau menjadi motor penelitian-penelitian di Fakultas Kedokteran UI dalam 2 tahun terakhir," kata Deputi Manajer Mahasiswa dan Alumni Fakultas Kedokteran UI, dr Ari F Syam. Nila membuat situs MRU UI bisa diakses lebih mudah. Nila juga yang memotori pengembangan Twin Tower FKUI yang telah disetujui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Nila Djuwita memang sudah sangat dikenal di FKUI. Dia alumni S1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Juga meraih gelar S2, Spesialis Mata dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gelar Doktor (S3) juga diraih dari FKUI dengan disertasi tentang Model Diagnostik Pemeriksaan Tumor Orbita, Dalam Upaya Penemuan Tumor Orbita lebih dini.


Kepemimpinan di Dharma Wanita

Dr. Nila Djuwita dua periode memimpin Dharma Wanita Persatuan Pusat (1999-2004 dan 2004-2009). Di bawah kepemimpinannya, Dharma Wanita semakin menunjukkan kiprahnya dalam gerak pembangunan bangsa. Sebagai Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pusat, dia menunjukkan kemampuan mengkoordinasikan banyak hal di waktu yang sama serta dapat bekerja berbarengan dengan orang lain.3)

Dia juga tampil sebagai pemikir sistem-sistem, yang berkeupayaan menggabungkan antara isu, kejadian, dan data secara utuh dan terpadu. Selain itu, sebagai Ketua Umum DWP, dia juga menampilkan sosok sebagai agen perubahan, yang berkemampuan mengembangkan pemahaman, dan memiliki kompetensi tinggi dalam menciptakan dan memenej perubahan bagi kehidupan bangsa agar dapat bertahan hidup.

Dia seorang pemimpin pembaharu dan berani mengambil resiko, terbuka terhadap perspektif yang luas dan kemungkinan-kemungkinan yang esensial dalam menentukan tren dan menggerakkan pilihan. Nila Djuwita berkeupayaan mendorong kemampuan dan kelayakan DWP untuk meningkatkan pelayanan kepada yang lain, berpendekatan holistik untuk bekerja, memiliki a sense of community dan berkemampuan membuat keputusan bersama.

Dia mendorong DWP untuk berkeupayaan tampil sebagai pembantu orang lain untuk belajar, menciptakan banyak pendekatan yang beraneka, sebagai instruktur, juru latih, dan penasihat yang bijak (mentor). Di samping itu, sebagai Ketua Umum DWP dia selalu berkeupayaan membantu membangun visi bangsa dan negaranya serta memberi inspirasi bagi segenap lapisan masyarakat, yang diposisikan sebagai kolega maupun pelanggan.

Sejak awal, Nila menyadari tak mudah untuk membagi waktu di antara kesibukan karir, rumah tangga, dan organisasi. Namun sejak semula pula, dia memiliki sebuah keyakinan bahwa berbagi kepada sesama itu sangatlah penting.

Nila mengaku, sejak bergabung di DWP, mendapatkan pengalaman berharga yaitu teraplikasinya secara nyata ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Dia juga menemukan berbagai problem yang dihadapi wanita Indonesia seperti kekerasan dalam rumah tangga dan rendahnya tingkat pendidikan.

Dia juga merasa prihatin atas kualitas pelaksanaan program KB yang belakangan ini mengalami penurunan. Sudah tidak ada lagi pelayanan KB gratis bagi masyarakat, sehingga mengikuti program KB dirasakan cukup mahal oleh masyarakat kurang mampu.

Namun, di sisi lain, Nila melihat adanya perkembangan wanita dalam hal kemauan meningkatkan kualitas diri. Tidak lagi hanya berkecimpung di sektor domestik, tetapi juga telah banyak aktif dalam peran publik.

Sebelumnya, sebagai seorang dokter spesialis mata RSCM/FKUI dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil, Nila kurang respek terhadap Dharma Wanita. Waktu itu dia Dharma Wanita itu tak ada gunanya., hanya untuk kumpul-kumpul isteri pegawai negeri. Tapi, setelah ’terpaksa’ terjun langsung menjadi Ketua Dharma Wanita Unit Departemen Kesehatan, karena waktu itu suaminya menjabat Menteri Kesehatan, barulah Nila melihat, ternyata banyak manfaat yang bisa didapat untuk mengangkat derajat dan intelektual istri pegawai.

Maka, ketika ada upaya untuk menghapus keberadaan Dharma Wanita dari instansi pemerintah, Nila berkeras untuk tetap mempertahankan keberadaan Dharma Wanita, sebagai suatu wadah berhimpunnya istri Pegawai Negeri Sipil dalam mengembangkan diri dan intelektual.

Menurut Nila, pemberdayaan seorang wanita Indonesia harus dimulai dari pemberdayaan bidang kesehatan dan pendidikan, yang selanjutnya akan diikuti dengan peningkatan dalam bidang ekonomi. ”Tanpa dilandasi kesehatan dan pendidikan memadai, wanita Indonesia akan tidak berdaya selamanya,” katanya.

Dalam kepempinannya, dia memberi teladan nyata sosok seorang ibu yang hebat dalam kiprahnya sebagai ibu rumah tangga, wanita karir yang sukses, dan pemimpin organisasi yang akomodatif dan visioner.

Kebahagiaan Keluarga
Kisah cinta antara Nila Djuwita dengan Farid Anfasa Moeloek berawal bersemi di kampus perjuangan Universitas Indonesia. Pandangan pertama terjadi saat Nila baru masuk ke Fakultas Kedokteran UI. Saat itu, Farid aktif sebagai panitia Opspek (Orientasi Pengenalan Kampus). Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Farid pun resmi melamar dan mempersuntingnya menjadi istri pada tahun 1972.2)

Dalam membina rumah tangga, keduanya selalu memegang prinsip kebersamaan, saling menghormati dan mengasihi, sesuai denga kodradnya masing-masing. Termasuk dalam mendidik anak menjadi tanggung jawab berdua. Tiga orang anak sebagai buah kasih mereka (Muhammad Reiza Moeloek, Puti Alifa Moeloek dan Puti Anisa Moeloek) sejak awal ditanamkan nilai-nilai agama, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yakni nilai-nilai negatif yang berpengaruh terhadap pola kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini dianggap cukup meresahkan.

Ketiga anaknya, sejak masih kecil sampai mereka remaja dan memasuki kehidupan dewasa, sangat senang melakukan kegiatan di kamar tidur orang tuanya. Mulai dari belajar, nonton TV, maupun kegiatan lainnya. “Anak-anak kami sangat betah berlama-lama di kamar tidur kami. Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami sebagai orang tua dengan anak-anak, kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah, baik dalam hal pelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari,” ucap Nila. Sebagai seorang ibu, Nila juga selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja.

Sebaliknya, anak-anak juga bisa memantau segala kegiatan orang tuanya. ”Kalau saja kami terlalu sibuk dan mereka merasa kurang diperhatikan, maka mereka dengan cepat akan memprotes,” ungkap Nila. Sehingga mereka juga sering berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Termasuk ketika suaminya, Farid, usai masa jabatan sebagai Menteri Kesehatan berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, mereka sekeluarga terlibat dalam kegiatan yayasan itu.

Dalam manapaki kehidupan yang serba keras ini, kepada anak-anaknya, dia selalu menekankan agar jangan mudah menyerah, dan jalani hidup ini sesuai dengan keinginan dan hati nurani, mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, sejak awal berkeluarga dengan Farid, mereka bersepakat untuk mendidik anak-anak dengan cara demokratis, di mana segala persoalan harus dibicarakan dan dipecahkan secara bersama-sama dalam keluarga. Kepada anak-anak diberikan kebebasan untuk menentukan pendidikan yang diinginkan selepas SMU. Ketiga anaknya pun berkembang dengan pilihan hidup mandiri masing-masing. Nila dan Farid merasa berbahagia, kendati ketiga anaknya tidak ada yang mengikuti jejak menjadi dokter. Tetapi anak dan puterinya memilih jadi insinyur. ►ti/tsl
BIODATA



Nama :Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek SpM
Nama Panggilan :Nila
Lahir :Jakarta, 11 April 1949
Jabatan :Guru Besar dan Ketua Medical Research Unit Fakultas Kedokteran UI

Suami :Prof Dr dr H Farid Anfasa Moeloek, SpOG (Mantan Menteri Kesehatan)
Anak:
- Ir. Muhammad Reiza Moeloek
- Ir. Puti Alifa Moeloek
- Puti Anisa Moeloek

Pendidikan:
- S1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- S2 Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- S3 (Doktor) Ilmu Kedokteran dari FKUI dengan disertasi tentang Model Diagnostik Pemeriksaan Tumor Orbita, Dalam Upaya Penemuan Tumor Orbita Lebih Dini.

Karir:
- PNS NIP 194904111976032001
- Dosen Fakultas Kedokteran UI
- Guru Besar Fakultas Kedokteran UI
- Dokter Spesialis Mata RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
- Dokter Spesialis Mata Klinik Mata Talang
- Ketua Medical Research Unit Fakultas Kedokteran UI (2007-2009)

Organisasi:
- Anggota Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia) RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
- Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (1999-2004 dan 2004-2009)
- Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
- Anggota Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami)
- Anggota International Society Orbital Disorder, Oculoplastic and Lacrimal Surgery
- Ketua BPK PP Perdami
- Ketua/Anggota Seminat Tumor Mata-Plastik Rekonstruksi Perdami

Alamat Rumah :Jalan Kesehatan IV No. 7, Jakarta Pusat

Alamat Kantor:
Departemen Kesehatan RI
Jl. Rasuna Said Kav. 4-9, Jakarta Selatan
Telp: (021) 5201590 Fax: (021) 5201591

Email:
- nila.djuwita@ui.ac.id
- nilamoeloek@yahoo.com
*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)



Sumber:

1) Keterangan Pers 19 Oktober 2009

2) http://dwplondonmedia.blogsome.com/2006/10/01/dr-nila-djuwita-f-moeloek-dr-spm-k/

3) www.dwp.or.id/dwp1.php?kas=12&noid=222

4) http://news.okezone.com/read/2009/10/22/62/268323/batal-jadi-menteri-nila-moeloek-tetap-tegar