Halaman

BIOGRAFI SINGKAT GUBERNUR JAWA TIMUR


R. SAMDIKOEN
1949 - 1958



R. Samadikun lahir di Jombang pada tanggal 8 -3 -2562, sebagai putra dari Kusumowisastro, seorang pensiunan controleur di Jombang. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah HIS di Jombang, kemudian dilanjutkan ke OSVIA di Blitar. Dan setelah menjadi pegawai, ia mendapat kesempatan melanjutkan pendidikannya ke Bestuurschoo/ di Batavia. Sebagai pegawai pemerintah R. Samadikun mengawali karier sebagai G.A.I.B yang diperbantukan pada controleur Lamongan. Setelah itu beliau berpindah-pindah tempat dengan jabatan yang berbeda, seperti Wedana Jaba Surabaya, Sekretaris Bupati Magetan, Asisten Wedono Dolopo, Madiun, Wedono Jebeng Ponorogo, dan kemudian Patih di Kediri. Di samping itu, suami dari Moebandi dan ayah dari 6 orang putra dan putri ini juga aktif di "Perkumpulan Sekolah Neutral". Dalam perkumpulan ini Samadikun ditunjuk sebagai ketua. Perkumpulan ini membawahi beberapa jenis sekolah, seperti : HIS Bersubsidi, Vervo/gschoo/ Bersubsidi, Schake/schoo/, MULO, Frobe/schoo/, dll. R Samadikun yang sebelumnya merupakan Residen Madiun ditunjuk sebagai pejabat gubernur Jawa Timur menggantikan Dr. Moerdjani. Jabatan Gubernur sendiri baru diemban pasca kepnaguak kedaulatan, yaitu tahun 1950 (Tjuk, 1996: 35)

Pada masa kepemimpinan Samadikun banyak peristiwa penting terjadi
1. Setelah terjadi pengakuan kedaulatan terhadap RI oleh Belanda melalui Konperensi Meja Bundar tahun 1949, mengakui tiga persetujuan pokok, yaitu (1) Dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat, (2) Penyerahan dari Pemerintah Belanda di Indonesia kepada pemerintah RIS, (3) Pembentukan Uni antara RIS dan Kerajaan Belanda. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, maka sejak tanggal 27 Desember 1949 berdirilah Republik Indonesia Serikat. Negara RI menjada salah satu negara bagian dalam RIS. Dengan demikian ketujuh negara bagian dalam RIS meliputi: Negara RI, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan, dan Negara Jawa Timur. Sementara kesembilan satuan Kenegaraan meliputi Dayak Besar, Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, Riau, Banjar, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Jawa Tengah.

Keinginan rakyat Jawa Timur agar Negara Jawa Timur dan Negara Madura dibubarkan dan dikembalikan kepada RI besar sekali. Desakan itu diwujudkan dalam banyak bentuk mosi dan resolusi agar negara bagian itu dibubarkan. Berdasarkan desakan rakyat, Pemerintah Negara Jawa Timur menyerahkan penyelenggaraan tugas pemerintahannya kepada Pemerintah RIS. Dengan Undang-undang Darurat No.1 tahun 1950, RIS menetapkan bahwa tugas itu diselenggarakan oleh Komisaris Pemerintah yang diangkat oleh Presiden RIS. Kemudian untuk memungkinkan pembubaran negara bagian, maka ditetapkan Undang-undang Darurat No. 11 tahun 1950 tentang Tata cara perubahan susunan kenegaraan dari wilayah RIS.

Berdasarkan undang-undang ini maka negara bagian yang menginginkan bubar dapat dibubarkan oleh Presiden RIS dan wilayahnya digabungkan dengan Negara RI. Setelah berkonsultasi dengan Pemerintah RI dan RIS, akhirnya berdasarkan Keputusan Presiden No. 109 tahun 1950 Negara Jawa Timur dibubarkan dan Keputusan Presiden No. 110 tahun 1950 Negara Madura dibubarkan.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, maka melalui Undang-undang No.2 tahun 1950 yang ditetapkan tanggal 3 Maret 1950 dan diundangkan tanggal 4 Maret 1950 dibentuk Provinsi Jawa Timur.

Undang-undang ini diberlakukan melalui Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1950 tanggal15 Agustus 1950. Dalam undang-undang ini cakupan wilayah Provinsi Jawa Timur tidak berubah, yaitu meliputi tujuh karesidenan. Akan tetapi pemerintah daerah karesidenan dihapus dan DPRD karesidenan dibubarkan. Pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur selanjutnya berkedudukan di Surabaya.

Hasil-hasil pembangunan masa Samadikun antara lain:

1. Pembangunan Tugu Pahlawan yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal1 0 Nopember 1951.
2. Peresmian Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo pada tanggal28 Oktober 1951 oleh MenteriAgama KH. Wachid Hasyim.
3. Pembukaan Laboratorium Kimia dari pendidikan B di Surabaya pada tanggal 23 Januari 1953.
4. Pendirian Universitas Airlangga tanggal1 0 Nopember 1954
5. Pembangunan pabrik Semen Gresik di tahun 1956
Berbagai industri juga berkembang seperti industri pabrik paku dan pabrik soda di Waru, pabrik kertas Asembagus di Situbondo, pabrik karung di Ngagel, pabrik korek api NV. Jamaika di Pasuruan, perusahaan tegel dan beton di Madiun.

sumber http://www.arsipjatim.go.id